Gen Z dan Pernikahan: Fleksibel, Realistis, dan Tanpa Drama
Pernikahan19 Februari 2025 07:45 WIB
Generasi Z, yang lahir antara 1997 hingga 2012, punya cara pandang unik soal pernikahan. Berbeda dari generasi sebelumnya yang cenderung hati-hati sebelum melangkah ke pelaminan, Gen Z lebih santai. Mereka tidak menganggap pernikahan sebagai sesuatu yang harus dilakukan karena tekanan sosial atau tradisi, tapi lebih karena keinginan pribadi.
Charlie Sawyer, seorang spesialis media berusia 25 tahun, membagikan pandangannya. Ia menegaskan bahwa dirinya tidak takut menikah karena juga tidak takut bercerai.
"Filosofi hidup anak muda sekarang mengakui bahwa perceraian adalah kemungkinan. Dan karena kami tidak melihat pernikahan sebagai sesuatu yang harus bertahan selamanya, kami lebih terbuka untuk mencobanya," katanya kepada The Times.
Baca juga: Kapan Waktu yang Tepat untuk Mengirim Undangan Acara?
Menikah Karena Mau, Bukan Karena Harus
Gen Z memandang pernikahan dengan lebih fleksibel. Mereka menikah karena ingin, bukan karena ada tuntutan dari lingkungan atau budaya. Bahkan, mereka lebih realistis dalam menyikapi pernikahan dan perceraian, tidak lagi melihatnya sebagai hal yang tabu.
Tapi bukan berarti mereka bebas sebebas-bebasnya dalam hubungan. Gen Z justru kurang tertarik dengan hubungan cinta satu malam atau sekadar berhubungan intim dengan orang asing. Alasannya bukan soal moralitas, melainkan efek media sosial.
"Kaum muda dibanjiri dengan pesan-pesan beracun seputar seks yang mengganggu merasakan kenikmatan," ungkap pakar seks Maria Yagoda dalam bukunya Laid and Confused: Why We Allow Sex and How to Stop yang rilis pada 2023.
Baca juga: Cara buat website undangan gratis
Masih Percaya Pernikahan, Tapi Tanpa Ekspektasi Berlebihan
Menurut survei The Times terhadap lebih dari 1.000 responden Gen Z, 61% dari mereka masih menganggap pernikahan sebagai sesuatu yang relevan. Bedanya, mereka menjalani pernikahan tanpa ekspektasi berlebihan dan dengan cara yang lebih realistis.
Selain itu, mereka juga lebih terbuka terhadap berbagai bentuk hubungan. Konsep pernikahan tradisional bukan lagi satu-satunya jalan. Gen Z memahami bahwa kebahagiaan dalam hubungan tidak harus mengikuti pola yang telah ditetapkan oleh masyarakat.
Intinya, bagi Gen Z, pernikahan adalah pilihan, bukan kewajiban. Dan ketika mereka memutuskan untuk menikah, itu bukan karena tuntutan, tapi karena memang ingin menjalaninya dengan cara mereka sendiri.
(Refrensi: wollipop)
(Illustration: freepik)